Tasikmalaya Longsor, Akses Jalan Terkunci dan 14 Rumah Rusak
TASIKMALAYA - Tanah longsor mengakibatkan kerusakan rumah warga dengan tingkat ringan hingga sedang. Sebanyak 14 unit mengalami rusak ringan dan satu lainnya rusak sedang.
Kerusakan tersebar di beberapa kecamatan, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Jawa Barat, pada Senin (13/9/2021).
Selain berdampak pada kerusakan di sektor pemukiman, kejadian tersebut menyisakan material longsor di ruas jalan maupun menutup akses transportasi beberapa titik.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya telah melakukan upaya penanganan darurat pascalongsor.
(Baca Juga: Geger, Mayat Bayi Ditemukan di Bendungan Bondoyudo Lumajang)
Pada ruas jalan yang tertutup material, BPBD berhasil untuk membuka akses jalan, seperti di Desa Ereunpalay dan Bojongsari. Sedangkan jalan yang belum dapat diakses, pemerintah daerah terus mengupayakan perbaikan darurat.
Dalam upaya penanganan darurat, BPBD setempat mengoperasikan dua perahu karet dan personel untuk evakuasi dan membantu warga yang ingin menyeberang di wilayah Kecamatan Karangnunggal.
Melihat analisis inaRISK, Kabupaten Tasikmalaya merupakan wilayah dengan potensi bahaya tanah longsor kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak 35 kecamatan berada pada potensi bahaya tersebut.
Wilayah-wilayah terdampak merupakan kecamatan yang teridentifikasi berpotensi tanah longsor pada kategori sedang hingga tinggi, seperti Kecamatan Cipatujah, Karangnunggal, Cikalong, Cibalong, Bojongasih, Sodonghilir dan Culamega.
Demikian juga analisis potensi gerakan tanah September 2021 dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sejumlah wilayah di Kabupaten Tasikmalaya berada pada kategori menengah hingga tinggi.
Sebanyak 39 wilayah teridentifikasi pada kategori tersebut dan di antaranya wilayah-wilayah yang baru saja terdampak tanah longsor.
Menyikapi bencana tanah longsor dan banjir, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga terhadap potensi bahaya hidrometeorologi.
Hujan lebat dengan durasi yang panjang dapat menjadi salah satu pemicu gerakan tanah. Untuk itu, masyarakat harus senantiasa memperhatikan wilayah di sekitar, khususnya mereka yang tinggal di dekat kemiringan yang dikelilingi tebing atau bukit.