Pesona Wisata dan Desa Adat Sendi, Banyak Spot Foto yang Ciamik
MOJOKERTO | ARTIK.ID - Komplek wisata Sendi, Pacet Mojokerto, merupakan salah satu wisata yang cukup populer di Jawa Timur, khususnya bagi wisatawan lokal yang ingin menghabiskan waktu akhir pekan dengan biaya murah tapi tidak murahan.
Hanya berjarak 33 Km dari Kota Mojokerto, dengan waktu tempuh normal sekitar 59 Menit, tentu jarak yang relatif dekat tersebut menjadi salah satu nilai tawar tersendiri bagi wisatawan lokal.
Tempat wisata ini Berupa hamparan perbukitan hijau yang sangat mempesona. Konsepnya tak jauh berbeda dengan Pacet Hill Outdoor Park, yaitu sama-sama menyajikan keindahan alam perbukitan. Dilengkapi dengan aneka spot foto kekinian. Mulai dari aneka spot gardu pandang dengan baragam model keren, menara Eiffel, bulan, ayunan, sayap kupu-kupu, properti frame, dan lain sebagainya.
Juru Bicara Komplek Wisata Sendi 2, Moh As'ad, Minggu (30/01/2022), kepada reporter artik.id mengatakan, spot foto yang bertebaran di sekitar wisata Sendi menjadi daya tarik yang unik bagi pengunjung, sebab menawarkan view gunung Penanggungan, Wlirang, Gunung Semar dan Rengganis.
Untuk mendapatkan gambar yang bagus, menurut Moh As'ad, hunting foto harus dilakukan sekitar pukul 11.00 hingga pukul 14.00 WIB.
Wet Sendi (Foto Sidik)
"Untuk hunting, biasanya siang hari, dari pukul 11.00 hingga pukul 14.00 WIB, sebab pagi dan sore, sekitar Komplek Wisata Sendi sudah tertutup kabut," ujar As'ad.
Namun begitu, Moh As'ad menambahkan, jika wisata sendi buka 24 jam dan tidak hanya menawarkan spot foto saja.
"Jadi Komplek Wisata Sendi itu terbagi menjadi, Sendi 1, Sendi 2 dan Sendi 3, semuanya memiliki keunikannya masing-masing, kalau sendi 2 itu lebih pada tongkrongan anak muda, karena memiliki Cafe dengan menu seharga warkop maka di Sendi 2 itu sangat ramai, sendi 1 spot fotonya lebih banyak dan sendi 3 untuk arean perkemahan" tutur As'ad.
Lebih lanjut Moh As'ad memaparkan, khusu untuk sendi 2 dibagi menjadi dua yaitu Sendi Adventure dan Wisata Edukasi Terpadu (WET) Sendi.
Meskipun secara resmi Komplek Wisata Sendi, terutama tanahnya dikuasai oleh Taman Hutan Raya (Tahura), namun lambat laun Komplek Wisata tersebut mulai diupayakan beralih kelola ke Desa Adat Sendi.
Hingga saat ini Desa Adat Sendi Sendiri masih belum secara resmi diakui oleh pemerintah setempat.
Wet Sendi (Foto Sidik)
"Tahun 2007 pihak Desa sudah mulai mengajukan agar Desa Adat Sendi bisa segera diakui, namun selalu terbentur dengan rumitnya birokrasi. Sebagai warga biasa saya dan kita semua cuma bisa berharap dan berdoa agar Desa Adat Sendi ini bisa segera diakui secara legal, agar status warganya menjadi jelas," papar As'ad.
Moh As'ad Mengatakan, Desa Adat Sendi Merupakan Desa Adat yang masih kental menganut tradisi leluhur.
"Meskipun latar belakang pendidikan warga Desa Sendi itu buasa saja, tidak tinggi-tinggi amet, namun budaya Gotong Royong dan Toleransi di sini masih sangat tinggi," kata As'ad.
Ditanya Soal Sejauh apa Eksplorasi Budaya lokal untuk menarik minata wisatawan, Moh As'ad menuturkan, jika saat ini memang tradisi yang bersifat karya itu belum tergali secara opptimal, namun begitu, masyarakat sudah berupaya menunjukkan jati diri mereka dengan pagelaran atau festival-festifal kecil, misal seperti barongan dan pewayangan.
"Setiap bulan di Komplek Weisata Sendi, tepatnya di Puduk Kursi, itu digelar pewayangan dan barongan, meskipun tidak besar tapi sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Masyarakat Desa Adat Sendi itu ada, saya yakin jika Pemerintah setempat melakukan intervrnsi lebih dalam, terutama pengembangan dan recovery pasca pandemi, Komplek Wisata Sendi akan menjadi nomor wahid di Jawa Timur," pungkasnya.
(diy)