Pertemuan Diplomatik Xi, Taiwan Tuduh China Permalukan Semangat Olimpiade
SURABAYA | ARTIK.ID - Presiden China Xi Jinping bertemu dengan pemimpin beberapa negara, Sabtu (05/02/2022), terkait rencana Beijing menggunakan awal Musim Dingin sebagai pelaksanaan Olimpiade, pertemuan itu dilakukan sebagai upaya diplomatik di tengah ketegangan yang memanas dengan Amerika Serikat.
Menyusul kesepakatan terobosan dengan Rusia pada hari Jumat mengenai Taiwan dan menentang ekspansi NATO, Xi mengadakan pertemuan di antaranya dengan para pemimpin Serbia, Mesir, Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan dan Beijing menjadi tuan rumah pertemuan tersebut.
Lebih dari 30 pemimpin asing melakukan perjalanan ke Beijing untuk menghadiri upacara pembukaan pada hari Jumat. Tetapi Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya telah memboikot gelaran Olimpiade Musim Dingin dengan tidak mengirimkan diplomat mereka, sebagai agitasi untuk membenarkan tuduhan pelanggaran HAM yang dilakukaan China di wilayah barat laut China, Xinjiang.
The Global Times, yang dikontrol oleh People's Daily Partai Komunis yang berkuasa, membantah tuduhan itu dan mengatakan bahwa tuduhan anti China tersebut sudah ketinggalan zaman.
Perjamuan itu dilaksanakan bertepatan dengan Tahun Baru Imlek pada hari Sabtu, yang merupakan pertemuan pertama presiden Xi dengan para pemimpin dari luar China sejak COVID-19 melanda pada akhir 2019.
Baca Juga: Jelang Olimpiade di China, Presiden Xi dan Presiden IOC Bertemu Empat Mata
Xi bersulang kepada rekan-rekan pemimpin dunia dan menyatakan rasa terima kasih yang tulus kepada mereka, masyarakat, dan organisasi internasional yang peduli dan mendukung Olimpiade Musim Dingin Beijing.
"China telah melakukan segala upaya untuk mengatasi dampak epidemi virus corona, dengan sungguh-sungguh memenuhi komitmennya kepada komunitas internasional untuk memastikan Olimpiade Musim Dingin di Beijing terlaksana sesuai jadwal," kata Xi dalam pidato yang diterbitkan oleh kantor berita Xinhua.
People's Daily menggambarkan penguatan hubungan China-Rusia - diumumkan oleh Xi dan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah mereka bertemu pada hari Jumat sebagai jaminan penting untuk menjaga keseimbangan strategis internasional, perdamaian dan stabilitas dunia. The Global Times menyebutnya sebagai awal dari era baru tidak ditentukan oleh Amerika Serikat.
Dilansir dari reuters, Selain pertemuan tersebut, Presiden Xi telah melakukan pertemuan kusus dengan Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Serbia Aleksandar Vucic dan Presiden Mesir Abdel Fatta Al-Sisi pada Sabtu pagi, kantor berita Xinhua melaporkan, pertemuan itu membahas investasi infrastruktur terkait kerja sama dalam memerangi COVID- 19.
Dia juga mengatakan kepada Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhamedov bahwa kedua pihak harus memperdalam kerja sama dalam memasok gas alam ke China.
Xi juga bertemu dengan Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev, sementara Perdana Menteri China Li Keqiang mengadakan pertemuan dengan Presiden Ekuador Guillermo Lasso, Presiden Singapura Halimah Yacob dan direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Kevin Rudd, mantan perdana menteri Australia dan presiden Asia Society, menggambarkan pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Xi dan Putin merupakan sesuatu yang sangat signifikan.
"Ini adalah pertama kalinya sejak perpecahan Sino-Soviet, bahwa China mengambil posisi definitif pada keamanan Eropa untuk mendukung Rusia untuk sesuatu yang fundamental dan mendukung konfrontasi rusia terhadap NATO", tulis Rudd, Sabtu (05/02/2022)
Perjanjian "tanpa batas" untuk kemitraan strategis termasuk dukungan Rusia terhadap oposisi China terkait segala bentuk kemerdekaan Taiwan, dan dukungan China untuk oposisi Rusia terhadap ekspansi NATO yang semakin rapat ke timur.
Diketahui Rusia telah mengumpulkan 100.000 tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina dan mencoba untuk menekan negara itu agar tidak menjadi anggota NATO. Moskow telah membantah rencananya untuk menyerang.
Sementara itu, Taiwan menyebut berbagai pertemuan dan diplomasi yang dilakukan Xi tersebut adalah sesuatu yang hina dan penuh dengan muatan politik, bahwa pemerintah China telah mempermalukan semangat Olimpiade.
(ara)